Pages

Jumat, 21 Maret 2014

Toxocara sp

B.1. Klasifikasi
Klasifikasi Toxocara canis
Phylum     :           Nemathelminthes
Class         :           Nematoda
Subclass   :           Secernentea
Ordo         :           Ascaridida
Famili       :           Ascarididae
Genus       :           Toxocara
Species     :           Toxocara canis
Klasifikasi Toxocara cati
Phylum     :           Nemathelminthes
Class         :           Nematoda
Subclass   :           Secernentea
Ordo         :           Ascaridida
Famili       :           Ascarididae
Genus       :           Toxocara
Species     :           Toxocara cati
B.2. Morfologi
Gambar Toxocara canis dan Toxocara cati (terlampir)  
Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang 3,6-8,5 cm sedangkan yang betina 5,7-10 cm, Toxocara cati jantan mempunyai ukuran 2,5-7,8 cm, sedangkan yang betina berukuran 2,5-14 cm. Bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis  terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangakan pada Toxocara cati  bentuk sayap lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor kedua spesies hampir sama; yang jantan ekornya berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), yang betina ekornya bulat meruncing.
B.3. Siklus Hidup
Gambar siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati (terlampir)
Telur yang keluar bersama tinja anjing atau kucing akan berkembang menjadi telur infektif di tanah yang cocok. Hospes definitif dapat tertular baik dengan menelan telur infektif atau dengan memakan hospes paratenik yang tinggal di tanah seperti cacing tanah dan semut. Penularan larva pada anak anjing atau kucing dapat terjadi secara transplasental dari induk anjing yang terinfeksi atau melalui air susu dari induk kucing yang terinfeksi telur tertelan manusia (hospes paratenik) kemudian larva menembus usus dan ikut dalam peredaran darah menuju organ tubuh (hati, jantung, paru, otak, dan mata). Di dalam orang larva tersebut tidak mengalami perkembangan lebih lanjut.
B.4. Patologi
Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat dalam. Kelainan yang timbul karena migrasi larva dapat berupa perdarahan, nekrosis, dan peradangan yang didominasi oleh eosinofil. Larva dapat terbungkus dalam granuloma kemudian dihancurkan atau tetap hidup selama bertahun-tahun. Kematian larva menstimulasi respon imun immediate-type hipersisentivity yang menimbulkan penyakit visceral larva migrans (VLM). Dengan gejala demam, perbesaran hati, dan limfa, gejala saluran nafas bawah seperti bronkhouspasme. Kelainan pada otak menyebabkan kejang, gejala neuro psikitrik/ensefalopati berat ringannya gejala klinis dipengaruhi oleh jumlah larva dan umur penderita. Umumnya penderita VLM adalah anak usia di bawah 5 tahun karena mereka banyak bermain di tanah atau kebiasaan memakan tanah yang terkontaminasi tinja anjing atau kucing.
B.5. Epidemiologi
Toxocara canis dan Toxocara cati  tersebar secara kosmopolit dan ditemukan juga di Indonesia. Di jakarta prevalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26,0%. Prevalensi toxocariasis pada anjing dan kucing pernah dilaporkan di Jakarta masing-masing mencapai 38,3 % dan 26,0 %.
B.6. Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan infeksi dilakukan dengan mencegah pembuangan tinja anjing atau kucing peliharaan secara sembarangan terutama di tempat bermain anak-anak dan kebun sayuran. Pada manusia, pencegahan dilakukan dengan pengawasan terhadap anak yang mempunyai kebiasaan makan tanah, peningkatan kebersihan pribadi seperti, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, tidak makan daging yang kurang matang dan membersihkan secara seksama sayur lalapan.

Sumber  :  ulfahkania.htm

0 komentar:

Posting Komentar