B.1. Klasifikasi
Klasifikasi Toxocara canis
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Famili : Ascarididae
Genus : Toxocara
Species : Toxocara canis
Klasifikasi Toxocara cati
Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Subclass : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Famili : Ascarididae
Genus : Toxocara
Species : Toxocara cati
B.2. Morfologi
Gambar Toxocara canis dan Toxocara cati (terlampir)
Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang 3,6-8,5 cm sedangkan yang betina 5,7-10 cm, Toxocara cati jantan mempunyai ukuran 2,5-7,8 cm, sedangkan yang betina berukuran 2,5-14 cm. Bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangakan pada Toxocara cati bentuk
sayap lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra.
Bentuk ekor kedua spesies hampir sama; yang jantan ekornya berbentuk
seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), yang
betina ekornya bulat meruncing.
B.3. Siklus Hidup
Gambar siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati (terlampir)
Telur yang keluar bersama tinja anjing atau kucing akan berkembang
menjadi telur infektif di tanah yang cocok. Hospes definitif dapat
tertular baik dengan menelan telur infektif atau dengan memakan hospes
paratenik yang tinggal di tanah seperti cacing tanah dan semut.
Penularan larva pada anak anjing atau kucing dapat terjadi secara
transplasental dari induk anjing yang terinfeksi atau melalui air susu
dari induk kucing yang terinfeksi telur tertelan manusia (hospes
paratenik) kemudian larva menembus usus dan ikut dalam peredaran darah
menuju organ tubuh (hati, jantung, paru, otak, dan mata). Di dalam orang
larva tersebut tidak mengalami perkembangan lebih lanjut.
B.4. Patologi
Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di
alat-alat dalam. Kelainan yang timbul karena migrasi larva dapat berupa
perdarahan, nekrosis, dan peradangan yang didominasi oleh eosinofil.
Larva dapat terbungkus dalam granuloma kemudian dihancurkan atau tetap
hidup selama bertahun-tahun. Kematian larva menstimulasi respon imun immediate-type hipersisentivity yang menimbulkan penyakit visceral larva migrans (VLM). Dengan
gejala demam, perbesaran hati, dan limfa, gejala saluran nafas bawah
seperti bronkhouspasme. Kelainan pada otak menyebabkan kejang, gejala
neuro psikitrik/ensefalopati berat ringannya gejala klinis dipengaruhi
oleh jumlah larva dan umur penderita. Umumnya penderita VLM adalah anak
usia di bawah 5 tahun karena mereka banyak bermain di tanah atau
kebiasaan memakan tanah yang terkontaminasi tinja anjing atau kucing.
B.5. Epidemiologi
Toxocara canis dan Toxocara cati tersebar secara
kosmopolit dan ditemukan juga di Indonesia. Di jakarta prevalensi pada
anjing 38,3% dan pada kucing 26,0%. Prevalensi toxocariasis pada anjing
dan kucing pernah dilaporkan di Jakarta masing-masing mencapai 38,3 %
dan 26,0 %.
B.6. Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan infeksi dilakukan dengan mencegah pembuangan tinja anjing
atau kucing peliharaan secara sembarangan terutama di tempat bermain
anak-anak dan kebun sayuran. Pada manusia, pencegahan dilakukan dengan
pengawasan terhadap anak yang mempunyai kebiasaan makan tanah,
peningkatan kebersihan pribadi seperti, kebiasaan mencuci tangan sebelum
makan, tidak makan daging yang kurang matang dan membersihkan secara
seksama sayur lalapan.
Sumber : ulfahkania.htm
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar