Pages

Rabu, 02 Juli 2014

Tugas Photoshop



tutorial :

1. foto dulu 3 gaya berbeda tapi background jangan sampai bergeser, trus buka photoshop masukin 3 gambar itu
2. tahap 1 gabungin gambar liat dibawah ini.

Jumat, 02 Mei 2014

TUGAS 4 ( POSTER )

DOWNLOAD POSTER

TUTORIAL
1.       Buka corel draw dan buat lembar baru

2.       Klik eclipse

Jumat, 21 Maret 2014

Tugas 2 Fakta Escherichia coli

Seperti dilansir dari magforwomen.com, ternyata tidak semua bakteri E.coli memberikan manfaat yang baik untuk kesehatan pencernaan. Ada bakteri E.coli yang menghasilkan racun dan memberikan infeksi serius pada kesehatan manusia.

Selain fakta tersebut, berikut adalah fakta lain yang menarik dari bakteri E.coli.

Manusia terinfeksi E.coli melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
Contoh beberapa makanan yang mampu menularkan bakteri E.coli adalah susu mentah, sayuran mentah, daging mentah, dan keju. Bahkan baru-baru ini terdapat jenis wabah bernama STEC 0157 yang disebabkan oleh bakteri E.coli. Semua makanan atau minuman yang terkontaminasi Eschericia coli diduga sudah terkontaminasi oleh faeses atau tinja manusia, hal ini dikarenakan habita dari   Eschericia coli  itu adalah usus besar manusia bersama faeses.

E.coli mampu menular
Manusia mampu terinfeksi bakteri E.coli apabila mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri ini. Mereka yang menderita penyakit ini pun dapat menularkan bakteri E.coli. Tapi penularan tergantung dari penyakit yang diderita karena tidak semua penyakit yang ditimbulkan  Eschericia coli  berbahaya bagi manusia.

E.coli mampu menyebabkan penyakit parah
Masa inkubasi dari bakteri ini adalah sekitar 3-4 hari. Dan gejala dari penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri E.coli adalah diare ringan, demam, dan juga mampu menyebabkan gangguan ginjal dan pendarahan apabila tidak mendapatkan penanganan yang serius.

Hingga saat ini penyakit yang disebabkan oleh bakteri E.coli masih dengan mudah ditemukan. Salah satu cara sederhana agar Anda terhindar dari penyakit ini adalah dengan selalu menjaga kebersihan makanan dan memasak dengan baik makanan yang akan Anda konsumsi. Dan jangan lupa untuk menjaga daya tahan tubuh dengan olahraga teratur dan istirahat karena kita bisa terkena penyakit apabila daya tahan tubuh kita menurun.

Sumber : http://www.merdeka.com

Toxocara sp

B.1. Klasifikasi
Klasifikasi Toxocara canis
Phylum     :           Nemathelminthes
Class         :           Nematoda
Subclass   :           Secernentea
Ordo         :           Ascaridida
Famili       :           Ascarididae
Genus       :           Toxocara
Species     :           Toxocara canis
Klasifikasi Toxocara cati
Phylum     :           Nemathelminthes
Class         :           Nematoda
Subclass   :           Secernentea
Ordo         :           Ascaridida
Famili       :           Ascarididae
Genus       :           Toxocara
Species     :           Toxocara cati
B.2. Morfologi
Gambar Toxocara canis dan Toxocara cati (terlampir)  
Toxocara canis jantan mempunyai ukuran panjang 3,6-8,5 cm sedangkan yang betina 5,7-10 cm, Toxocara cati jantan mempunyai ukuran 2,5-7,8 cm, sedangkan yang betina berukuran 2,5-14 cm. Bentuknya menyerupai Ascaris lumbricoides muda. Pada Toxocara canis  terdapat sayap servikal yang berbentuk seperti lanset, sedangakan pada Toxocara cati  bentuk sayap lebih lebar, sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor kedua spesies hampir sama; yang jantan ekornya berbentuk seperti tangan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), yang betina ekornya bulat meruncing.
B.3. Siklus Hidup
Gambar siklus hidup Toxocara canis dan Toxocara cati (terlampir)
Telur yang keluar bersama tinja anjing atau kucing akan berkembang menjadi telur infektif di tanah yang cocok. Hospes definitif dapat tertular baik dengan menelan telur infektif atau dengan memakan hospes paratenik yang tinggal di tanah seperti cacing tanah dan semut. Penularan larva pada anak anjing atau kucing dapat terjadi secara transplasental dari induk anjing yang terinfeksi atau melalui air susu dari induk kucing yang terinfeksi telur tertelan manusia (hospes paratenik) kemudian larva menembus usus dan ikut dalam peredaran darah menuju organ tubuh (hati, jantung, paru, otak, dan mata). Di dalam orang larva tersebut tidak mengalami perkembangan lebih lanjut.
B.4. Patologi
Pada manusia larva cacing tidak menjadi dewasa dan mengembara di alat-alat dalam. Kelainan yang timbul karena migrasi larva dapat berupa perdarahan, nekrosis, dan peradangan yang didominasi oleh eosinofil. Larva dapat terbungkus dalam granuloma kemudian dihancurkan atau tetap hidup selama bertahun-tahun. Kematian larva menstimulasi respon imun immediate-type hipersisentivity yang menimbulkan penyakit visceral larva migrans (VLM). Dengan gejala demam, perbesaran hati, dan limfa, gejala saluran nafas bawah seperti bronkhouspasme. Kelainan pada otak menyebabkan kejang, gejala neuro psikitrik/ensefalopati berat ringannya gejala klinis dipengaruhi oleh jumlah larva dan umur penderita. Umumnya penderita VLM adalah anak usia di bawah 5 tahun karena mereka banyak bermain di tanah atau kebiasaan memakan tanah yang terkontaminasi tinja anjing atau kucing.
B.5. Epidemiologi
Toxocara canis dan Toxocara cati  tersebar secara kosmopolit dan ditemukan juga di Indonesia. Di jakarta prevalensi pada anjing 38,3% dan pada kucing 26,0%. Prevalensi toxocariasis pada anjing dan kucing pernah dilaporkan di Jakarta masing-masing mencapai 38,3 % dan 26,0 %.
B.6. Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan infeksi dilakukan dengan mencegah pembuangan tinja anjing atau kucing peliharaan secara sembarangan terutama di tempat bermain anak-anak dan kebun sayuran. Pada manusia, pencegahan dilakukan dengan pengawasan terhadap anak yang mempunyai kebiasaan makan tanah, peningkatan kebersihan pribadi seperti, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, tidak makan daging yang kurang matang dan membersihkan secara seksama sayur lalapan.

Sumber  :  ulfahkania.htm

Tugas 1 Ascaris lumbricoides

A.1. Klasifikasi Phylum      :           Nemathelminthes
Class          :           Nematoda
Subclass    :           Secernentea
Ordo          :           Ascaridida
Famili        :           Ascarididae
Genus        :           Ascaris
Species      :           Ascaris lumbricoides
A.2. Morfologi
Gambar morfologi Ascaris lumbricoides (terlampir)
Cacing jantan berukuran 10-30 cm, sedangkan betina 22-35 cm. Pada cacing jantan ujung posteriornya lancip dan melengkung ke arah ventral, dilengkapi pepil kecil dan dua buah spekulum berukuran 2 mm, sedangkan pada cacing betina bagian posteriornya membulat dan lurus, dan 1/3 pada anterior tubuhnya terdapat cincin kopulasi, tubuhnya berwarna putih sampai kuning kecoklatan dan diselubungi oleh lapisan kutikula yang bergaris lurus.
Telur yang dibuahi, besarnya kurang lebih 60 x 45 mikron, dan yang tidak dibuahi 90 x 40 mikron. Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini, bila terbentuknya oval melebar, mempunyai lapisan yang tebal dan berbenjol-benjol, dan umumnya berwarna coklat keemasan, ukuran panjangnya dapat mencapai 75 μm dan lebarnya 50 μm. Telur yang belum dibuahi umumnya lebih oval dan ukuran panjangnya dapat mencapai 90 μm, lapisan yang berbenjol-benjol dapat terlihat jelas dan kadang-kadang tidak dapat dilihat.
Telur Ascaris lumbricoides berkembang sangat baik pada tanah liat yang mempunyai kelembaban tinggi dan pada suhu 25-30◦ C. Pada kondisi ini telur tumbuh menjadi bentuk yang infektif (mengandung larva) dalam waktu 2-3 minggu.
A.3. Siklus Hidup
Gambar siklus hidup Ascaris lumbricoides (terlampir)
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3 (tiga) minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan oleh manusia, menetas di usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju pembuluh darah atau saluran limfe, lalu dialirkan ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke paru. Larva di paru menembus dinding pembuluh darah, lalu dinding alveolus, masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus.
Dari trakea larva ini menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan
pada faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan ke dalam esophagus, lalu menuju usus halus. Di usus halus berubah manjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan sampai cacing dewasa bertelur diperlukan waktu kurang lebih 2 (dua) bulan.
A.4. Patologi
Gejala yang timbul pada manusia disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi pada saat berada di paru-paru. Pada orang yang rentan terjadi pendarahan ringan di dinding alveolus disertai batuk, demam, dan eusinofilia. Pada foto toraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu tiga minggu. Keadaan tersebut disebut sindrom Loeffler. Gangguan yang disebabkan cacing dewasa menyebabkan penderita terkadang mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi.
Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat terjadi malabsorbsi sehingga memeperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak. Efek yang serius terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan tertentu cacing dewasa mengembara ke saluran empedu, apendik, atau ke bronkus dan menimbulkan keadaan gawat darurat sehingga kadang-kadang perlu tindakan kooperatif.
A.5. Epidemiologi
Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya 60-90%. Kurangya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci dan di tempat pembuangan sampah bahkan di negara-negara tertentu terdapat kebiasaan memakai tinja sebagai pupuk.
Tanah liat, kelembaban tinggi dan suhu 25o-30o C merupakan kondisi yang sangat baik untuk berkembangnya telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif.
A.6. Pencegahan dan Pengendalian
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
  •  Hendaknya pembuangan tinja (feses) pada W.C. yang baik.
  •  Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan.
  •  Penerangan atau penyuluhan melalui sekolah, organisasi   kemasyarakatan oleh guru-guru dan pekerja-pekerja kesehatan.
  • Hendaknya jangan menggunakan tinja sebagai pupuk kecuali sudah dicampur dengan zat kimia tertentu.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan memutus siklus hidup Ascaris lumbricoides. Pemakaian jamban keluarga dapat memutus rantai siklus hidup Ascaris lumbricoides ini. Kurang disadarinya pemakaian jamban keluarga oleh masyarakat dapat menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, di bawah pohon dan di tempat-tempat pembuangan sampah. Upaya pengendalian juga dapat dilakukan dengan memberikan obat-obatan seperti yang diberikan secara perorangan maupun massal. Obat lama yang pernah digunakan adalah piperasin, tiabendasol, heksilresorkimol, dan hetrazam.

Sumber :  ulfahkania.htm